Sunday 7 December 2008

Whitest Boy Beauty Center !

sabtu malam menuju auditorium RRI bersama tiga teman saya untuk datang ke
"JENS LEKMAN KORTEDELA BEAUTY CENTER TOUR 2008"..
dengan kabar yang sebelumnya saya dengar bahwa Jens Lekman berhalangan karena kebodohannya.. huh!
okay. bukan awal yang baik memulai malam itu..


dimulai dengan penampilan Astrolab, lalu Hollywood Nobody, juga Homogenic dan akhirnya "sang pengganti", The Whitest Boy Alive (yang direncanakan akan menjadi Secret Guest di acara tersebut)..

semua terasa kurang klimaks, karena memang pada dasarnya kebanyakan orang-orang yang datang masih berharap Jens Lekman sempat untuk mengejar penerbangan lainnya menuju venue.. tapi mungkin dia masih tidur saat itu..

dan ini sedikit buah tangan dari venue..
ya terlalu di dominasi Erlend memang..










Wednesday 19 November 2008

Another Lovely Tuesday.

Tentang 18 November 2008..

hujan, kopi, rokok, juga blueboy memenuhi playlist..
tiba-tiba ada yang ngetok pintu.. sontak membuat saya membuka pintu..
dan jengjreeeengg.. lelaki setengah baya dengan seragam berwarna oranye datang menghampiri..
orang yang sudah semalaman saya tunggu akhirnya datang..
membawa sesuatu yang terbungkus dalam amplom cokelat..

akhirnya saya menerima titipan itu, dan langsung membukanya..
sebuah CD mengiringi surat dari kota hujan.. :)

thank's, mr. postman!


dan ini sebuah playlist yang manis dari dalam amplop coklat..


1. Louis Philippe - Liverpool
2. Robert Svensson feat Adam Olenius - 1987
3. The Changes - Sisters
4. Moi Caprice - Artboy Meets Artgirl
5. Pelle Carlberg feat Karolina Komstedt - Nicknames
6. Fugu - Here Today
7. Their Hearts Were Full of Spring - Happy
8. I'm From Barcelona - Headphones
9. Velour - If You Really Want Me
10. Stereolab - Fractal Dream Of A Thing
11. Camera Obscura - Super Trooper
12. Bang Gang - Stop In The Name Of Love
13. Chairlift - Bruises
14. Cubismo Grafico - Fairytale of Escape (Tahiti 80 Remix)
15. Tahiti 80 feat Kahimi Karie - (We'll Go) Separate Ways

Saturday 11 October 2008

Indonesia adalah…

Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang kita kenal dengan singkatan KPK memang melakukan tugas yang di-amanatkan oleh DPR dengan baik.

Mengusut banyak kasus hasil dari laporan berbagai macam lapisan masyarakat adalah tugas yang mulia. Tapi disamping itu, dia juga yang menjadi “penghancur” bagi kinerja badan-badan yang telah bertugas sebelumnya.
Bukan badan yang mengatasi korupsi tentu, seperti tugasnya Badan Pengawasan Daerah (BAWASDA) yang setiap tahunnya memeriksa pembukuan administratif dari semua badan yang melakukan kegiatan berdasarkan ruang lingkupnya. Baik itu di tingkatan Provinsi, ataupun Kabupaten/Kota.

Apakah badan Pengawas Keuangan Daerah yang biasa setiap tahunnya mengusut hasil dari kegiatan di daerah tidak malu?

Dengan adanya invasi dari KPK ke setiap badan yang berada dibawah “pengaruh” Badan Pengawas, membuat kinerja Badan Pengawas yang sebenarnya terungkap.
Yang biasanya setiap tahun dapat dilalui dengan “mulus” tanpa bekas, kini menjadi terasa kasar. Dalam setiap tahapan kerjanya, KPK biasa mendapatkan temuan baru dari semua aspek keuangan. Segala hal yang kurang benar atau malah bisa disebut salah.

Maka dari itu, saya semakin kuat dengan pendapat saya tentang sistem yang digunakan di Negara kita ini..

“Indonesia adalah negara administratif, dimana setiap “review” kegiatan cukup dengan berkas juga biaya administrasi. Entah itu dengan cara yang benar ataupun tidak”

Selamat Datang, Teman..

Saya mendapat beberapa berita underground dari kantor pemerintahan di kawasan yang biasa kita sebut pusat fashion Indonesia.

Beberapa bulan yang lalu, sesaat setelah Gubernur beserta wakilnya dilantik, sang Wakil Gubernur sempat melakukan hal yang kurang terpuji. Beliau menginginkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihaknya, yang biasanya dilakukan mess atau wisma, kini diselenggarakan di hotel berbintang.
Hingga satu saat, beliau mengadakan acara bersama partainya di hotel berbintang di Kota Bandung, dan menyertakan bill dari pembayaran hotel tersebut kedalam anggaran belanja Provinsi daerahnya.

Selain itu, diawal bulan Oktober ini saya mendengar bahwa sang Gubernur akan “menggeser” para kepala biro, kepala bagian atau juga kepala badan di Provinsi dengan para simpatisan dari partai yang sama dengannya.
Hal tersebut sedikit meninggalkan pertanyaan juga jawaban yang spekulatif.

Kenapa disebut “simpatisan”?
Karena pada aturan yang ada, seorang Pegawai Negeri Sipil diharuskan untuk netral terhadap partai politik apapun.

Lalu bagaimana caranya sang pemimpin bisa mendapat pengganti?
Perkiraan saya adalah, orang-orang yang ingin tetap berada pada posisinya atau malah yang ingin naik jabatan harus cepat-cepat berseru “Pak, saya sebenarnya respek kepada partai bapak. Tapi karena saya seorang PNS, saya tidak bisa lebih dari sekedar turut memilih dari balik kotak suara.”

Mari kita lihat para penjilat itu beraksi.

Wednesday 3 September 2008

A Gift from Chester, England.

Mansun

Band Indie dari Inggris ini terbentuk di tahun 1995, dan 5 album telah mereka keluarkan.

Entah apa yang memaksa saya membuat posting lagu-lagu dari Mansun.
Pada dasarnya, saya suka musik mereka karena memang mereka membuat musik yang bisa dicerna dengan mudah, perpaduan dari progressive 70-an dengan pop yang sensitif. Selain itu, 3 lagu yang saya posting ini merupakan bagian dari masa lalu yang bahagia.


Download Link :
Mansun - Electric Man
Mansun - I Can Only Dissapoint You
Mansun - Wide Open Space

Ian Bourdie as My Hero !

The Lightning Seeds

Band yang dibentuk oleh Ian Bourdie di tahun 1989 ini telah menghasilkan 9 album.. Dan sejujurnya, semua lagunya sangat menarik.. Terutama saat mereka memberikan kontribusi besar untuk Tim Nasional sepak bola Inggris di tahun 1997. Saat itu mereka membawakan kembali lagu The Three Lions disaat Tim Nasional berlaga.

Satu paragraf diatas tidak cukup menjelaskan band yang sudah berdiri lama. Maka dari itu, akan lebih baik jika kita menikmati lagu mereka..


Download Link :
The Lightning Seeds - Pure
The Lightning Seeds - The Life of Riley
The Lightning Seeds - Waiting for Today to Happen (97 Version)
The Lightning Seeds - You Showed Me
The Lightning Seeds - What If...

The Lightning Seeds - Sugar Coated Iceberg
The Lightning Seeds - Three Lions (Original Version)
The Lightning Seeds - Three Lions (98 Version)

Orgasm Session with Asobi Seksu

Asobi Seksu

Band asal Brooklyn, dengan genre shoegaze/dream pop/noise pop (atau apapun itu) yang menurut saya bisa menggulingkan pasaran My Bloody Valentine !

"Asobi Seksu" sendiri diambil dari bahasa Jepang yang artinya Bermain Sex.. Salah satu faktor yang membuat kita orgasme saat mendengarkan lagu mereka.

Dua album telah diluncurkan. Yaitu "Asobi Seksu" di tahun 2004, dan "Citrus" di tahun 2006. Sangat memukau.. Hal itu dibuktikan dengan album "Citrus" yang menempati posisi ke 21 di UK Indie Chart 2007.


Download Link :
Asobi Seksu - Sooner.mp3
Asobi Seksu - Thursday.mp3
Asobi Seksu - I'm Happy But You Don't Like Me.mp3

Friday 29 August 2008

OST. Across The Universe

Sebagian dari OST. Across The Universe (downloadable). :)
maaf buat kualitas, bit rate sengaja dibikin jadi 96/kb. untuk mempermudah upload (ditengah gejolak koneksi internet yang tidak kunjung baik di negara kita ini)

1. Jim Sturgess - All My Loving
2. TV Carpio - I Want To Hold Your Hand
3. Carol Woods and Timothy T Mitchum - Let It Be
4. Jim Sturgess - Something
5. Jim Sturgess and Joe Anderson - Strawberry Fields Forever
6. Jim Sturgess - Across The Universe
7. Joe Anderson - Hey Jude

enjoy!

Sunday 24 August 2008

Birokrasi Indonesia.

Birokrasi Indonesia, Hegelian atau Marxis?


SALAH satu perbedaan mendasar antara GWF Hegel dan Karl Marx adalah pandangannya terhadap birokrasi pemerintahan. Meski dua tokoh ini memiliki hubungan dalam hal pemikiran dan dalam atmosfer filsafat Jerman yang dikenal dengan tradisi esoterisnya, mereka juga memiliki perbedaan perspektif tentang birokrasi negara.

Penjungkirbalikan filsafat Hegel oleh Marx seakan berlanjut ke dunia administrasi publik bagi pengelolaan sektor negara. Ternyata, perbedaan ini penting untuk direfleksikan lebih jauh atas eksistensi birokrasi di Indonesia. Pertanyaan pokoknya, apakah birokrasi di Indonesia bercorak Hegelian atau Marxis?

Yang dimaksud birokrasi Hegelian adalah birokrasi yang berjalan kurang lebih ekuivalen dengan yang dipikirkan dan dirumuskan Hegel. Begitu pula birokrasi Marxis, yaitu birokrasi yang mekanisme, proses, dan segenap orientasi yang ada di dalamnya mirip dengan apa yang dibicarakan atau dikritik tajam oleh Karl Marx. Dalam konstelasi demikian, tulisan ini dimaksudkan untuk memberi klarifikasi atas birokrasi Indonesia, masuk kategori mana sebenarnya, Hegelian atau Marxis?


Dua perspektif

Dalam buku Birokrasi dan Politik di Indonesia (Thoha, 2003) sebenarnya sudah ada penjelasan jelas tentang beberapa perbedaan mendasar antara birokrasi pemerintah dalam perspektif Hegelian dan perspektif Marxis. Meski buku itu tak memberi elaborasi lebih lanjut, apakah Indonesia lebih dekat pada salah satu perspektif, kita dapat mengajukan konklusi tentang kenyataan yang ada berdasar fakta-fakta keras tercabiknya rasionalitas sosial.

Menurut perspektif Hegelian, birokrasi tak lain adalah medium yang mempertemukan kepentingan rakyat dan pemerintah. Berdasar perspektif ini berarti lahir sebuah aksioma, birokrasi mengemban tugas besar berupa harmonisasi hubungan antara rakyat dan pemerintah, bahkan mempersamakan geist rakyat dengan geist pemerintah.

Dalam posisinya sebagai medium itulah birokrasi menyucikan dan memurnikan diri untuk tak terjebak pada kepentingan subyektif. Birokrasi dalam hal ini berarti harus apolitik dan hanya menjalankan sebuah prinsip, yang dirumuskan secara canggih oleh Max Weber dalam format altruisme "rasionalitas" dan "efisiensi". Inilah konstruksi tentang realisme birokrasi yang terus diimajinasikan sebagai bebas nilai.

Hegel dengan sendirinya berbicara tentang kedudukan birokrasi yang amat penting bagi tegaknya humanisme. Birokrasi selalu diimajinasikan sebagai messiah yang bertugas membendung kemungkinan terjadinya benturan antara kepentingan rakyat dan kepentingan pemerintah.

Dalam aksioma inilah birokrasi dieksplisitkan menjadi keniscayaan bagi berlangsungnya pembaruan sosial. Kejumudan, dekadensi, dan kemungkinan timbulnya penggerogotan atas kemanusiaan, dapat dielakkan sejauh ada sebuah birokrasi pemerintah. Agaknya, pandangan Hegel yang amat optimistik atas peran sosiologis birokrasi itu merupakan derivasi dari filsafat idealisme yang dalam sejarah filsafat Barat modern tokoh besarnya memang Hegel.

Namun di seberang pemikiran yang lain, Karl Marx tampil dengan pandangan yang kontras terhadap Hegel. Ia mengkritik tajam apa yang diaksiomakan Hegel tentang birokrasi negara sebagai medium untuk menghubungkan kepentingan partikular dengan kepentingan umum. Suatu hal yang khas Marxis dalam pandangan Marx ialah bahwa kepentingan partikular dan kepentingan umum hingga kapan pun tak mungkin dapat dipertemukan.

Dalam perspektif Marxis, birokrasi, kepentingan partikular, dan kepentingan umum merupakan tiga domain yang pengakuan akan keberadaannya bersifat spekulatif. Domain tertentu amat spekulatif dibanding domain yang lain.

Problema besar dalam perspektif Marxis adalah negara yang tak pernah mempresentasikan kepentingan umum. Bahkan kenyataan tak terbantahkan menurut perspektif Marxis ialah sama sekali tak adanya kepentingan umum itu.

Hukum besi sejarah selalu memperlihatkan kepentingan partikular yang menghegemoni kepentingan partikular lain dalam kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, kepentingan partikular yang memenangkan perjuangan kelas tampil menjadi kekuatan dominan untuk kemudian menghegemoni birokrasi (Thoha, 2003: 23).

Hingga di sini menjadi jelas, kita dalam dilema yang tak mengenal titik akhir antara aspek ideal dan realitas faktual. Jika Hegel bicara birokrasi dalam pengertian ideal, maka Marx mengemukakan kritik atas realitas birokrasi yang tak lebih hanya mesin bagi kepentingan partikular yang dominan.


Kita dan Birokrasi

Betapapun mungkin tak pernah disadari, birokrasi di Indonesia sebenarnya adalah birokrasi yang lebih dekat dengan gambaran Marx atau manifestasi dari kritik-kritik Marx. Suatu hal yang tak terbantahkan ialah birokrasi yang tak berfungsi sebagai agen negara guna mempertemukan secara utuh kepentingan rakyat dan kepentingan pemerintah. Birokrasi malah berfungsi sebagai broker yang mengambil keuntungan dalam proses intermediasi dari dua pihak sekaligus, yaitu rakyat dan pemerintah.

Baik pada era Orde Baru maupun masa sesudahnya, birokrasi Indonesia hanya mampu memenuhi satu imperatif Weberian, yaitu hierarkis-piramidal. Sedangkan untuk imperatif lain, yakni rasional dan efisien, birokrasi Indonesia jauh dari yang diharapkan.

Pandangan Marx bahwa birokrasi merupakan wujud nyata kepentingan partikular yang menghegemoni kepentingan partikular lain menemukan aksentuasinya secara nyata di Indonesia. Saat penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) terkristalisasi menjadi kecenderungan dalam ranah politik kekuasaan, maka kian mencolok posisi birokrasi sebagai kepentingan partikular yang menghegemoni kepentingan partikular lain (baca: kepentingan rakyat). Bukan saja kemiskinan, bencana alam dan konflik horizontal merupakan masalah yang sering gagal ditangani birokrasi, prospek peningkatan kesejahteraan sosial atas prakarsa genuine rakyat sendiri sering diruntuhkan oleh bekerjanya tangan-tangan birokrasi.

Dalam situasi demikian, wajar jika birokrasi pemerintah bergerak secara masif sebagai ladang subur persemaian korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Hingga Indonesia ada di tengah tuntutan besar rakyatnya sendiri akan reformasi, KKN tetap tegak sebagai parasit sosial yang tak dapat dicerabut dari tubuh birokrasi. Ditambah lagi dengan tak berlakunya netralitas politik, kian tak terelakkan jika birokrasi menjadi persemaian subur KKN. Maka kita harus membuat pengakuan, birokrasi yang telanjur menjadi predator bagi kehidupan rakyat Indonesia adalah kekuatan sosial politik yang mandul dari kemampuan membarui segala bidang kehidupan: kesejahteraan sosial, kemajuan berpikir, dan perbaikan daya saing bangsa berhadapan dengan bangsa lain di dunia.

Bertolak dari kenyataan ini, maka perbaikan birokrasi di Indonesia seharusnya dimulai dengan kritik serius dan mendalam atas eksistensi birokrasi. Kerangka dan paradigma berpikir bagi konstruksi kritisisme itu didasarkan pendekatan Marxis. Karena itu, sudah saatnya kita tak hanya melihat pemikiran-pemikiran Marxis dalam konteks ideologis.

Relevansi pendekatan Marxis dalam mencari jalan keluar atas penyakit sosial birokrasi terletak pada daya kritis pendekatan Marxis yang secara substansial mengusung pesimisme radikal atas kedudukan, peran, dan fungsi birokrasi. Pendekatan inilah yang kini dibutuhkan demi mendiagnosa hingga tuntas kebobrokan birokrasi.

Semoga dengan pendekatan ini, lahir inspirasi besar bagi penemuan kembali birokrasi kita yang humanis. Kita sebenarnya tinggal menghitung hari menyongsong kehancuran bangsa ini, jika birokrasi dibiarkan terus-menerus berjalan sebagaimana terjadi selama ini.


Regards,

Ekky.

Another Zeshita.

another photoshoot with Ichi as model. :)
session with bom-bom and ilham.
at Trottoart Café.

Saturday 23 August 2008

Arkasha Sadhewa.

yeay!
another amateur photoshoot with my friends (osha and sinchan) at Trottoart Café..
and the model is osha's friend, Kasha.





Hello Again !

THIS BLOG HAS BEEN RE-ACTIVATE !!


*cheers

Zeshita Dwita Meiliana.

hmm..
it's about my trip to Lembang with Cassey, Wendee, and Jojo at July 2008.
we have a lovely photoshoot !